Oleh : Mochamad Purnaegi Safron
Bencana longsor
di Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah terjadi dua kali dalam kurun waktu kurang
dari 10 tahun--serupa berupa bencana gerakan tanah (longsoran) meratakan
kawasan pedusunan di salah satu Desa Sampang wilayah Kecamatan Karangkobar. Sebelumnya,
pada tahun 2006 di awal bulan Januari, bencana tanah longsor menimpa kawasan
Dusun Gunung Raja, Desa Sijeruk Kecamatan Banjarmangu yang menyebabkan 90
korban meninggal tertimbun longsoran. Setelah itu, pertengahan Desember 2014,
gerakan massa (mass movement) bergerak meratakan kawasan pedusunan Sijemblung
Desa Sampang, yang hingga saat ini masih terus dilakukan evakuasi korban yang
tertimbun longsoran tanah. Gerakan tanah (landslide) didefinisikan secara
sederhana sebagai pergerakan masa batuan, debris atau tanah menuju bagian bawah
lereng.
Tim SAR hari
Sabtu (13/12/14) yang dilansir voaindonesia.com, terus berusaha mencari lebih
dari 100 orang yang masih hilang setelah tanah longsor menimbun rumah-rumah di
sebuah kawasan berbukit di Banjarnegara, Jawa Tengah. Sekitar 105 rumah hancur
akibat lumpur yang menerjang dari atas bukit setelah hujan lebat menewaskan
paling tidak delapan orang. selain itu menurut Tim Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) mengangkut 38 warga cedera ke rumah sakit, empat
di antaranya dalam kondisi parah. Sekitar 370 warga lainnya telah diungsikan ke
tempat-tempat penampungan sementara. Sementara itu, data terakhir, (15/12/14), yang
dilansir situs mongabay.co.id, BNPB dan tim gabungan berhasil menemukan 12
jenasah. Dari 51 korban tewas 45 sudah diidentifikasi dan 6 jenasah belum dapat
diidentifikasi.
Data
Badan Geologi menyebutkan, dari 918 lokasi rawan tanah longsor tersebar di
berbagai daerah antara lain, Jawa Tengah 327 lokasi, Jawa Barat 276
lokasi, Sumatera Barat 100 lokasi, Sumatera Utara 53 lokasi, Yogyakarta 30
lokasi, Kalimantan Barat 23 lokasi, dan sisanya tersebar di NTT, Riau,
Kalimantan Timur, Bali, dan Jawa Timur. Pada saat intensitas curah hujan tinggi
seperti pada saat ini, potensi terjadinya tanah longsor sangat besar.
Masyarakat diminta tetap waspada, mengingat terdapat sebanyak 918 lokasi
merupakan daerah rawan tanah longsor.
Penyebab Tanah Longsor
Pada
prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya pendorong pada lereng lebih besar
dari gaya penahan. Gaya penahan umumnya dipengaruhi oleh kekuatan batuan dan
kepadatan tanah. Sedangkan gaya pendorong dipengaruhi oleh besarnya sudut
kemiringan lereng, air, beban serta berat jenis tanah batuan. Ancaman
tanah longsor biasanya terjadi pada bulan akhir ujung tahun, karena
meningkatnya intensitas curah hujan. Musim kering yang panjang menyebabkan
terjadinya penguapan air di permukaan tanah dalam jumlah besar, sehingga
mengakibatkan munculnya pori-pori atau rongga-rongga dalam tanah, yang
mengakibatkan terjadinya retakan dan rekahan permukaan tanah.
Pada
waktu turun hujan, air akan menyusup ke bagian tanah yang retak sehingga dengan
cepat tanah akan mengembang kembali. Pada awal musim hujan dan intensitas hujan
yang tinggi biasanya sering terjadi kandungan air pada tanah menjadi jenuh
dalam waktu singkat. Hujan lebat yang
turun pada awal musim dapat menimbulkan longsor, karena melalui tanah
yang merekah air akan masuk dan terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga
menimbulkan gerakan lateral.
Dengan
adanya vegetasi di permukaannya akan mencegah terjadinya tanah longsor,
karena air akan diserap oleh tumbuhan dan akar tumbuhan juga akan berfungsi
mengikat tanah. Lereng atau tebing yang terjal terbentuk akan
memperbesar gaya pendorong. Kebanyakan sudut lereng yang menyebabkan longsor
adalah 180 derajat, apabila ujung lerengnya terjal dan bidang longsorannya
mendatar.
Definisi Tanah Longsor
Tanah longsor terjadi akibat
perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan,
tanah, atau campuran kedua material tersebut yang bergerak ke bawah atau keluar
lereng. Terjadinya tanah longsor diawali oleh air yang meresap ke dalam tanah
menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai ke tanah kedap air, tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di atasnya akan
bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.
Jenis Tanah Longsor
Ada enam jenis tanah longsor,
yaitu longsoran translasi, longsoran rotasi, pergerakan blok, runtuhan batu,
rayapan tanah, dan aliran bahan rombakan. Di Indonesia, jenis longsor yang
paling sering terjadi adalah translasi dan rotasi. Sementara itu, jenis tanah
longsor yang paling banyak memakan korban jiwa adalah aliran bahan
rombakan.
1. Longsoran Translasi
Longsor ini terjadi karena
bergeraknya massa tanah dan batuan
pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.
2. Longsoran Rotasi
Longsoran ini muncul akibat
bergerkanya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk cekung.
3. Pergerakan Blok
Pergerakan blok terjadi karena perpindahan batuan
yang bergerak pada bidang gelincir berbentuk rata. Longsor jenis ini disebut
juga longsoran translasi blok batu.
4. Runtuhan Batu
Runtuhan batu terjadi saat
sejumlah besar batuan atau material lain bergerak ke bawah dengan cara jatuh bebas. Biasanya, longsor ini terjadi pada lereng yang
terjal sampai menggantung, terutama di daerah pantai. Runtuhan batu-batu
besar dapat menyebabkan kerusakan parah.
5. Rayapan Tanah
Longsor jenis ini bergerak
lambat serta jenis tanahnya berupa butiran kasar dan halus. Longsor ini hampir
tidak dapat dikenali. Setelah beberapa lama terjadi longsor jenis rayapan,
posisi tiang-tiang telepon, pohon-pohon, dan rumah akan miring ke bawah.
6. Aliran Bahan rombakan
Longsor ini terjadi ketika
massa tanah bergerak didorong oleh air dan terjadi di sepanjang lembah yang
mencapai ratusan meter jauhnya. Kecepatannya bergantung pada kemiringan lereng,
volume air, tekanan air, dan jenis materialnya.
Faktor-Faktor Penyebab Tanah Longsor
1. Hujan
Ancaman tanah longsor di tanah air biasanya
dimulai pada bulan November seiring meningkatnya intensitas hujan. Musim kering
yang panjang akan menyebabkan terjadinya penguapan air di permukaan tanah dalam
jumlah besar. Muncul-lah pori-pori atau rongga tanah, kemudian terjadi retakan
dan rekahan tanah di permukaan. Pada saat hujan, air akan menyusup ke bagian
yang retak. Tanah pun dengan cepat mengembang kembali. Pada awal musim hujan,
kandungan air pada tanah menjadi jenuh dalam waktu singkat. Hujan lebat pada
awal musim dapat menimbulkan longsor karena melalui tanah yang merekah itulah,
air akan masuk dan terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga menimbulkan
gerakan lateral. Apabila ada pepohonan di permukaan, pelongsoran dapat dicegah
karena air akan diserap oleh tumbuhan. Akar tumbuhan juga berfungsi sebagai
pengikat tanah.
2. Lereng terjal
Lereng atau tebing yang terjal akan
memperbesar gaya pendorong. Lereng yang terjal terbentuk karena pengikisan air
sungai, mata air, air laut, dan angin. Kebanyakan sudut lereng yang menyebabkan
longsor adalah 180 apabila ujung lerengnya terjal dan bidang longsorannya
mendatar.
3. Tanah yang kurang padat dan tebal
Jenis tanah yang kurang padat adalah
tanah lempung atau tanah liat dengan ketebalan lebih dari 2,5 meter dan sudut
lereng > 220. Tanah jenis ini memiliki potensi untuk terjadinya tanah
longsor, terutama bila terjadi hujan. Selain itu, jenis tanah ini sangat rentan
terhadap pergerakan tanah karena menjadi lembek jika terkena air dan pecah jika
udara terlalu panas.
4. Batuan yang kurang kuat
Pada umumnya, batuan endapan
gunungapi dan batuan sedimen berukuran pasir dan campuran antara kerikil,
pasir, dan lempung kurang kuat. Batuan tersebut akan mudah menjadi tanah jika
mengalami proses pelapukan dan umumnya rentan terhadap tanah longsor apabila
terdapat pada lereng yang terjal.
5. Jenis tata lahan
Tanah longsor banyak terjadi di
daerah tata lahan persawahan, perladangan, dan adanya genangan air di lereng
yang terjal. Pada lahan persawahan akarnya kurang kuat untuk mengikat butir
tanah dan membuat tanah menjadi lembek dan jenuh dengan air sehingga mudah
terjadi longsor. Sedangkan untuk daerah perladangan penyebabnya adalah karena
akar pohonnya tidak dapat menembus bidang longsoran yang dalam dan umumnya
terjadi di daerah longsoran lama.
6. Getaran
Getaran yang terjadi biasanya
diakibatkan oleh gempabumi, ledakan, getaran mesin, dan getaran lalulintas
kendaraan. Akibat yang ditimbulkannya adalah tanah, badan jalan, lantai, dan
dinding rumah menjadi retak.
7. Susut muka air danau atau
bendungan
Akibat susutnya muka air yang cepat
di danau maka gaya penahan lereng menjadi hilang, dengan sudut kemiringan waduk
220 mudah terjadi longsoran dan penurunan tanah yang biasanya diikuti oleh
retakan.
8. Adanya beban tambahan
Adanya beban tambahan seperti beban
bangunan pada lereng, dan kendaraan akan memperbesar gaya pendorong terjadinya
longsor, terutama di sekitar tikungan jalan pada daerah lembah. Akibatnya
adalah sering terjadinya penurunan tanah dan retakan yang arahnya ke arah
lembah.
9. Pengikisan/erosi
Pengikisan banyak dilakukan oleh air
sungai ke arah tebing. Selain itu akibat penggundulan hutan di sekitar tikungan
sungai, tebing akan menjadi terjal.
10. Adanya material timbunan pada
tebing
Untuk mengembangkan dan memperluas
lahan pemukiman umumnya dilakukan pemotongan tebing dan penimbunan lembah.
Tanah timbunan pada lembah tersebut belum terpadatkan sempurna seperti tanah
asli yang berada di bawahnya. Sehingga apabila hujan akan terjadi penurunan
tanah yang kemudian diikuti dengan retakan tanah.
11. Bekas longsoran lama
Longsoran lama umumnya terjadi
selama dan setelah terjadi pengendapan material gunung api pada lereng yang
relatif terjal atau pada saat atau sesudah terjadi patahan kulit bumi. Bekas
longsoran lama memilki ciri:
- Adanya tebing terjal yang panjang melengkung membentuk tapal kuda.
- Umumnya dijumpai mata air, pepohonan yang relatif tebal karena tanahnya gembur dan subur.
- Daerah badan longsor bagian atas umumnya relatif landai.
- Dijumpai longsoran kecil terutama pada tebing lembah.
- Dijumpai tebing-tebing relatif terjal yang merupakan bekas longsoran kecil pada longsoran lama.
- Dijumpai alur lembah dan pada tebingnya dijumpai retakan dan longsoran kecil.
- Longsoran lama ini cukup luas.
12. Adanya bidang diskontinuitas
(bidang tidak sinambung)
Bidang tidak sinambung ini memiliki
ciri:
- Bidang perlapisan batuan
- Bidang kontak antara tanah penutup dengan batuan dasar
- Bidang kontak antara batuan yang retak-retak dengan batuan yang kuat.
- Bidang kontak antara batuan yang dapat melewatkan air dengan batuan yang tidak melewatkan air (kedap air).
- Bidang kontak antara tanah yang lembek dengan tanah yang padat.
- Bidang-bidang tersebut merupakan bidang lemah dan dapat berfungsi sebagai bidang luncuran tanah longsor.
13. Penggundulan hutan
Tanah longsor umumnya banyak terjadi
di daerah yang relatif gundul dimana pengikatan air tanah sangat kurang.
14. Daerah pembuangan sampah
Penggunaan lapisan tanah yang rendah
untuk pembuangan sampah dalam jumlah banyak dapat mengakibatkan tanah longsor
apalagi ditambah dengan guyuran hujan, seperti yang terjadi di Tempat
Pembuangan Akhir Sampah Leuwigajah di Cimahi. Bencana ini menyebabkan sekitar
120 orang lebih meninggal.
Gejala-Gejala Bencana Tanah Longsor
Tanah longsor atau sering disebut gerakan tanah adalah suatu peristiwa geologi yang terjadi karena pergerakan masa batuan atau tanah dari berbagai tipe dan jenis seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah. Bencana Tanah longsor biasanya disebabkan oleh hujan yang deras. Hal ini karena tanah tidak sanggup menahan terjangan air hujan akibat adanya penggundulan hutan. Beberapa gejala bencana tanah longsor yang perlu diketahui antara yaitu :
- Keretakan pada lantai dan tembok bangunan, atau pada tanah;
- Amblasnya sebagian lantai konstruksi bangunan ataupun amblesnya tanah pada lereng;
- Terjadinya penggembungan pada tebing lereng atau dinding konstruksi penguat lereng;
- Miringnya pohon-pohon atau tiang-tiang pada lereng;
- Munculnya rembesan air pada lereng secara tiba-tiba;
- Mata air pada lereng menjadi keruh secara tiba-tiba
- Muka air sungai naik beberapa sentimeter dan air sungai menjadi keruh secara tiba-tiba; dan
- Runtuhnya bagian-bagian tanah dalam jumlah besar.
Pencegahan Mengatasi Bencana Tanah Longsor
Bencana tanah longsor dapat
meruntuhkan semua benda di atasnya. Longsor juga dapat menimbun rumah-rumah penduduk yang ada di bawahnya. Manusia bisa menjadi
korban tanah longsor jika tidak dapat menyelamatkan diri. Beberapa upaya dalam mengatasi bencana tanah
longsor perlu dilakukan melalui berbagai cara antara
lain :
- Tidak membuka lahan persawahan dan membuat kolam di lereng bagian atas dekat pemukiman.
- Membuat terasering.
- Secepat mungkin menutup retakan tanah dan dipadatkan agar air tidak masuk ke dalam tanah melalui retakan tersebut.
- Tidak menggali tanah di bawah lereng terjal.
- Tidak menebang pohon di lereng.
- Tidak membangun rumah di bawah tebing dan di tepi sungai yang rawan erosi.
- Mengetahui dan menghindari kawasan rawan bencana tanah longsor.
- Memahami tindakan pasca bencana tanah longsor.
- Tidak mengalian tanah di sekita tebing yang terjal.
- Tidak mendirikan bangunan di daerah tebing yang terjal
- Segera mengungsi ke tempat yang aman jika terjadi bencana.
- Segera lapor ke pada aparat desa jika terjadi bencana tanah longsor.
Bangsa
Indonesia saat ini, sedang ditimpa musibah secara berturut-turut. Dari tinjauan
semua agama musibah apapun yang berupa bencana alam atau akibat kelalaian
manusia, segala yang terjadi telah ditakdirkan oleh Allah SWT. Berat mata
memandang, tetapi tak seberat bahu memikul. Suka atau tidak kehidupan harus
terus berjalan. Oleh sebab itu pastilah ada hikmah yang dapat diambil dari
berbagai kejadian yang menimpa, seperti timbul jiwa sosial dan saling peduli
dengan saudara kita ditanah air. selain itu, kita tetap bersyukur kepada Allah
SWT meskipun bencana alam terus terjadi dinegeri ini.
Sumber
:
http://www.esdm.go.id
http://piba.tdmrc.org
http://www.ksdasulsel.org
http://www.tribunnews.com
http://ekosistem-ekologi.blogspot.com
http://www.voaindonesia.com
http://teoriku.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar