oleh : Mochamad
Purnaegi Safron
Pertumbuhan
ekonomi merupakan proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara
berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu.
Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas
produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan
nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan
pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat diukur dengan cara
membandingkan, misalnya untuk ukuran nasional, Gross National Product (GNP),
tahun yang sedang berjalan dengan tahun sebelumnya.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yang dilansir wikipedia.org adalah:
Faktor Sumber
Daya Manusia
Sama halnya
dengan proses pembangunan, pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi oleh SDM.
Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam proses pembangunan, cepat
lambatnya proses pembangunan tergantung kepada sejauh mana sumber daya
manusianya selaku subjek pembangunan memiliki kompetensi yang memadai untuk
melaksanakan proses pembangunan dengan membangun infrastruktur di
daerah-daerah.
Faktor Sumber
Daya Alam
Sebagian besar
negara berkembang bertumpu kepada sumber daya alam dalam melaksanakan proses
pembangunannya. Namun, sumber daya alam saja tidak menjamin keberhasilan proses
pembanguan ekonomi, apabila tidak didukung oleh kemampaun sumber daya
manusianya dalam mengelola sumber daya alam yang tersedia. Sumber daya alam
yang dimaksud dinataranya kesuburan tanah, kekayaan mineral, tambang, kekayaan
hasil hutan dan kekayaan laut.
Faktor Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat mendorong adanya percepatan
proses pembangunan, pergantian pola kerja yang semula menggunakan tangan
manusia digantikan oleh mesin-mesin canggih berdampak kepada aspek efisiensi,
kualitas dan kuantitas serangkaian aktivitas pembangunan ekonomi yang dilakukan
dan pada akhirnya berakibat pada percepatan laju pertumbuhan perekonomian.
Faktor Budaya
Faktor budaya
memberikan dampak tersendiri terhadap pembangunan ekonomi yang dilakukan,
faktor ini dapat berfungsi sebagai pembangkit atau pendorong proses pembangunan
tetapi dapat juga menjadi penghambat pembangunan. Budaya yang dapat mendorong
pembangunan diantaranya sikap kerja keras dan kerja cerdas, jujur, ulet dan
sebagainya. Adapun budaya yang dapat menghambat proses pembangunan diantaranya
sikap anarkis, egois, boros, KKN, dan sebagainya.
Sumber Daya
Modal
Sumber daya
modal dibutuhkan manusia untuk mengolah SDA dan meningkatkan kualitas IPTEK.
Sumber daya modal berupa barang-barang modal sangat penting bagi perkembangan
dan kelancaran pembangunan ekonomi karena barang-barang modal juga dapat
meningkatkan produktivitas.
Pertumbuhan
ekonomi Indonesia Tahun 2015
Pertumbuhan
ekonomi tahun 2015 di Indonesia, ditanggapi berbagai kalangan ditanggapi
positif dan negatif sehingga menimbulkan kontra produktif. Pertumbuhan ekonomi
suatu negara dinilai sangat essensial sehingga kondisi perekonomian suatu
negara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik sekaligus indikasi
keberhasilan pembangunan ekonomi.
Presiden Joko
Widodo yang dikutip kompas, Jumat (2/1/2015) mengatakan, optimistis
perekonomian nasional tahun 2015 tumbuh secara positif, meskipun sulit
diprediksi. Menurutnya. Hal itu disebabkan kuatnya pengaruh dari pasar global.
Ia berjanji akan bekerja keras merancang strategi untuk mengupayakan stabilitas
perekonomian di Indonesia. Disamping itu juga melihat ruang fiskal APBN yang cukup
untuk menstimulus pertumbuhan ekonomi nasional. Ruang fiskal itu akan
dialokasikan untuk percepatan pembangunan infrastruktur dan merangsang usaha
kecil serta ekonomi kreatif
Pembacaan nota
keuangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyo di ruang sidang, Jumat, 15 Agustus
2014 yang dilansir situs Tempo.Co. Dalam pembacaan nota keuangan di ruang sidang, SBY
menyampaikan poin-poin utama asumsi makro ekonomi pada tahun anggaran 2015. Pada tahun 2015, perekonomian dunia diproyeksi akan lebih
baik dibandingkan dengan kondisi tahun 2014, terutama akan didorong oleh
perekonomian di negara maju.
Dalam Rancangan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2015, pertumbuhan ekonomi
dipatok pada angka 5,6 persen. Sedangkan inflasi tahun 2015 ditetapkan 4,4
persen. Adapun nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ditetapkan
pada level Rp 11.900. Pemerintah juga menetapkan harga minyak mentah pada angka
US$ 105 per barel, dengan target lifting minyak 845 ribu barel per hari. Target
lifting gas bumi ditetapkan 1.248 ribu barel setara minyak per hari.
Dari kalangan
praktisi ekonom yang dikutip dari situs Republika.co.id, dari Ekonom
Standard Chartered Bank (SCB), Eric Sugandi mengatakan, diprediksikan
pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2015 akan meningkat meningkat menjadi
5,8 persen dibandingkan 2014. kondisi tersebut dikarenakan neraca defisit akan
mengecil. Kegiatan ekspor barang keluar negara pun akan meningkat serta
stabilitis politik yang diperkirakan akan berjalan dengan baik. Menurutnya
lagi, faktor politik di Indonesia menjadi salah satu yang akan menentukan
perekonomian di Indonesia. Hal itu melihat dari sentimen pasar terhadap calon
pemimpin baru Indonesia mendatang. "Kami yakin pertumbuhan ekonomi
Indonesia 2015 meningkat dibandingkan 2014 (semester pertama) 5,5 persen.
Disamping itu, tantangan di semester pertama 2014, yaitu pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) riil sebesar 5,5 persen. Apabila pemerintah tidak menaikkan harga BBM bersubsidi maka tingkat inflasi (akhir tahun 2014) sebesar lima persen. Namun apabila harga BBM bersubsidi naik, maka inflasi bisa mencapai 8 persen. Adapun setiap kenaikan harga BBM bersubidi maka pasti ada ongkos politik yang dikeluarkan oleh pemerintah. Selain itu, kenaikkan harga BBM akan meningkatkan BI rate.
Direktur Komersial dan Bisnis Bank Mandiri, Sunarso menilai perekonomian Indonesia diperkirakan akan semakin membaik pada 2015. Faktor utama yang mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia 2015 adalah investasi dan konsumsi swasta. Juga proyek infrastruktur pemerintah akan segera diwujudkan pada 2015. Selain itu, fokus pemerintah untuk pembangunan infrastruktur serta kepastian hukum menarik minat investor untuk menanamkan modalnya di Tanah Air. Meskipun saat ini, investasi yang masuk ke Tanah Air baru sebatas portofolio. Untuk jangka panjang pemerintah perlu merancang struktur ekonomi yang berbasis pada pertanian. Ini bukan hal baru, dulu sudah pernah dijadikan jargon.
Terkait dengan
industri pertanian, menurutnya terbukti mampu menyelamatkan neraca perdagangan
Indonesia dalam krisis apapun. Untuk membangun struktur ekonomi berbasis
pertanian bisa dimulai dari mencari pembagian lahan yang tepat untuk kawasan
pertanian, kemudian percepatan infrastruktur, dukungan keuangan untuk
pertanian, serta menekan impor produk pertanian.
Sementara
menurut Direktur Eksekutif Megawati Institute, Arief Budimanta, mengatakan
pertumbuhan ekonomi pada 2015 mencapai 5,8 persen. Adapun faktor utama yang
mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia 2015 adalah investasi dan konsumsi
swasta. Juga proyek infrastruktur pemerintah akan segera diwujudkan pada 2015.
Adapun faktor eksternal karena masih dipengaruhi yakni perbaikan ekonomi
Amerika Serikat (AS) dan melemahnya perekonomian Tiongkok. Dengan demikian,
Pemerintah, perlu menjaga ruang fiskal dan mendorong pertumbuhan sektor
manufaktur karena mampu menyerap tenaga kerja dan meningkatkan ekspor.
Mekanisme sudah
disiagakan, BI juga aktif di pasar sekunder, sehingga secara keseluruhan cukup
terkendali. Tentunya BI menjaga stabilisasi moneter, OJK di sistem pengawasan,
Menkeu fiskal. Selain itu, Pemerintah juga akan menjaga semua unsur
stabilitas makro ekonomi dan terus berusaha untuk mendorong pertumbuhan ekonomi
2015 mendatang menjadi lebih baik dibandingkan tahun ini dan berusaha
memperkecil defisit neraca perdagangan dan neraca transaksi berjalan Indonesia.
Tantangan Berat ekonomi Indonesia Tahun 2015
Mantan Menteri
Koordinator Perekonomian Indonesia Chairul Tanjung terkait masalah
ekonomi Indonesia dua tahun ke depan. Mengatakan, diperkirakan tahun 2015
hingga 2016 adalah tahun berat bagi perekonomian Indonesia dan negara
berkembang pada umumnya. Kondisi itu sudah bisa diprediksi dari sekarang
berdasarkan beberapa indikator diantaranya kembali menguatnya perekonomian
Amerika yang berimbas pada berkurangnya likuididitas negara-negara berkembang.
Hal senada juga
disampaikan, Ekonom Raden Pardede dalam acara perpisahan dan pembubaran Komite
Ekonomi Nasional (KEN) yang juga wakil ketua (KEN) menyatakan, pertumbuhan
ekonomi pada tahun 2015 masih diprediksi mengalami peningkatan tipis bertumbuh
disekitar 5,2 %, dengan asumsi stimulus fiskal dari hasil penghematan subsidi
BBM akan efektif pada semester kedua. Sementara itu, inflasi diperkirakan
berada di tingkat yang lebih tinggi dibanding tahun ini. Hal tersebut
dikerenakan imbas dari kenaikan harga BBM dan listrik. Di lain
pihak, menguatnya perekonomian Amerika juga menyebabkan suku bunga di sana
naik, sehingga suku bunga acuan BI diperkirakan akan naik sampai 8,5 %. Nilai
tukar akan berada di sekitar Rp12.200 – Rp 12.700 per US$.
Menurutnya,
Pelemahan pertumbuhan ini juga terjadi secara merata di hampir semua negara
berkembang, bahkan dialami negara ekonomi besar seperti China, India, Brazil
dan Indonesia. Kondisi ini nantinya akan membuat permintaan barang dan harga
komoditas jadi melemah. Menurut hasil pengamatan KEN, ada beberapa poin yang
dicatat sebagai tantangan dan peluang di tahun 2015. Tantangannya terdiri atas
tantangan eksternal dan tantangan domestik. Tantangan eksternal, pertama,
membaiknya perekonomian Amerika, membuat the Fed mulai mengurangi stimulus
moneter yang sudah dilaksanakan sejak awal 2014 ini (tapering off). Semakin
membaiknya perekonomian Amerika akan membuat arus masuk likuiditas yang tadinya
melimpah bisa jadi akan berhenti atau malah berbalik arah.
Kondisi tersebut
juga dapat memicu penarikan kembali modal asing yang sebagian besar dalam
bentuk investasi portofolio dan berpotensi menimbulkan goncangan yang cukup
kuat bagi neraca pembayaran Indonesia. Likuiditas dapat mengering, rupiah akan
tertekan, pasar saham dan keuangan potensial terkoreksi dan suku bunga pasar
akan ikut naik sehingga menimbulkan ketidakpastian pasar dan selanjutnya bila
berlangsung lama akan mengoreksi pertumbuhan secara signifikan. Perlambatan
ekonomi juga akan mengurangai permintaan komoditas dan kemudian berdampak pada
penurunan harga komoditas. Padahal ekspor komoditas menjadi salah satu andalan
perekomian Indonesia.
Sedangkan
tantangan domestiknya, pertama, pemerintah baru akan membutuhkan banyak dana
untuk anggaran pembangunan sementara sumber pembiayaan dari dalam negeri
terbatas. Kedua, penyediaan energi yang merupakan persyaratan utama untuk
menopang perkembangan ekonomi masih menghadapi banyak hambatan. Ketiga,
ketergantungan yang sangat tinggi terhadap penerbitan surat hutang untuk
membiayai defisit. Keempat, Indonesia harus meningkatkan daya saingnya untuk
bersaing dengan negara lainnya guna mendapatkan investor.
Berdasarkan
catatanya tersebut, maka KEN membuat beberapa rekomendasi kebijakan utama bagi
pemerintah yang baru. Pertama, segera melakukan pemotongan dan realokasi
subsidi energi pada tahun ini (2014) juga. Kedua, pembangunan infrastruktur dan
sistem logistik yang efisien. Ketiga, untuk menghadapi defisit transaksi
berjalan perlu dikeluarkan kebijakan struktural, memperbesar aliran investasi
modal langsung (bukan investasi portofolio) dan efisiensi penggunaan kapital.
Keempat, Indonesia tidak harus menaikkan suku bunga ketika Amerika nanti
menaikkan suku bunganya. Kelima, kebijakan publik dan struktural untuk
mengurangi kemiskinan, mempersempit kesenjangan ekonomi, dan mengurangi
pengangguran.
Sumber :
www.antaranews.com
id.wikipedia.org/wiki
www.republika.co.id
tempo.co.id
www.swa.co.id
www.bisniskeuangan.kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar