Jumat, 21 November 2014

Refleksi Mendalam Konflik TNI vs Polri di Batam


Oleh : Mochamad Purnaegi Safron.
Konflik TNI vs Polri yang terjadi di Batam sejak hari Rabu (19/11/2014) akhirnya memakan satu korban. Konflik yang dimaksud yaitu ‘perang’ antara anggota TNI Yonif 134 /Tuah Sakti melawan Brimob Polda Kepulauan Riau. Korban meninggal diketahui mengalami luka tembak di bagian dada, pundak, dan mengalami pendarahan serius. Korban diketahui bernama JK Marpaung, salah satu prajurit TNI berpangkat Praka (prajurit kepala). Korban yang dirawat di RSUD Embung Fatimah akhirnya menembus napas terakhir untuk selamanya.

Dari kasus konflik tersebut dari sekian beragam kasus bentrokan antara prajurit TNI dan Polri di tanah air dari fenomena gunung es, yang mana dipermukaan intensitasnya terlihat sangat kecil tetapi dibawahnya tersimpan banyak potensi bentrokan yang sewaktu-waktu dapat meledak, tanpa mampu siapapun menghentikannya.
Dari kasus tersebut, mendapat tanggapan dari Ketua Pusat Studi Politik dan Keamanan Universitas Padjadjaran, Muradi, mengatakan, diduga kasus penembakan anggota TNI di Batam terkait dengan konflik ekonomi antara TNI dan Polri. Aparat keamanan kerap mengelola bisnis ilegal karena kurangnya anggaran negara untuk kedua institusi tersebut.

Menurutnya, selama negara belum memenuhi anggaran sebesar Rp8,5 juta per bulan untuk pangkat terendah, ancaman bentrok TNI dan Polri yang berkaitan dengan tali uang itu akan menjadi masalah terus berkelanjutan. Hal itu terbukti konflik di Batam berkaitan dengan penimbunan BBM. Itu memang melibatkan anggota TNI yang luar biasa, bahkan level perwira yang tidak tersentuh. Selanjutnya Muradi mengatakan, melihat data Pusat Studi Politik dan Keamanan Unpad, konflik TNI-Polri pada 2014 tercatat terjadi sebanyak 8 kali. Bila dihitung dalam kurun 1999-2014, jumlah insiden hampir mencapai 200 kasus dengan korban tewas sebanyak 20 orang.

Konflik institusi TNI-Polri menjadi sorotan publik  yang diberitakan oleh berbagai media massa, baik cetak maupun elektronik. Konflik tersebut berujung pada terjadinya bentrokan fisik disertai unjuk kekuatan senjata lengkap dari masing-masing pihak. Karena tidak ada menahan diri Akhirnya jatuh korban jiwa dan rusaknya berbagai fasilitas milik publik maupun orang perorangan.

Banyak upaya yang dilakukan oleh pimpinan TNI dan Polri guna meredam terjadinya bentrokan yang melibatkan prajurit di kedua institusi tersebut, namun tampaknya upaya tersebut belum berhasil sebagaimana diharapkan, mengingat penyelesaiannya seringkali tidak menyentuh akar permasalahan.

Upaya yang selama ini dilakukan oleh pimpinan kedua lembaga tersebut terkesan hanya sebatas melakukan perdamaian atau sekedar saling maaf memaafkan, dengan kata lain hanya menyentuh permukaannya saja, akibatnya bentrokan demi bentrokan terus terjadi, khususnya di wilayah konflik. Padahal, apabila bentrokan tersebut tidak segera diatasi dikhawatirkan akan berdampak negatif pada stabilitas Kamtibmas secara keseluruhan yang pada akhirnya akan bermuara pada menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap kedua institusi tersebut.

Sumber konflik
Konflik yang terjadi antara prajurit TNI dan Polri banyak terjadi pasca pemisahan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI)/Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada tahun 1999. Sekalipun pada masa sebelum pemisahan ada juga konflik namun intensitasnya tidak sebanyak setelah terjadinya pemisahan. Padahal ide dasar pemisahan kedua lembaga tersebut tidak lain agar dapat meningkatkan profesionalitas fungsi dan organisatoris dari kedua institusi tersebut, termasuk sumber daya manusianya sehingga dapat lebih berdayaguna dan berhasilguna dalam melaksanakan tugas pokoknya masing-masing.

Sumber pertikaian di antara prajurit kedua institusi penjaga keamanan tersebut seringkali berawal dari hal-hal sepele dan sama sekali tidak terkait pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya masing-masing, seperti saling mengejek setelah pulang dari acara hiburan, persoalan pacar, ketersinggungan karena saling pandang dan sebagainya. Ironisnya, cara penyelesaian bentrokan justru sering dilakukan dengan melibatkan kekuatan penuh pasukan, layaknya berperang dalam mempertahankan negara, baik dari aspek sumber daya manusianya, fasilitas/peralatan yang digunakan, karena tidak jarang pihak yang berkonflik menggunakan senjata api dan kendaraan tempur, tidak terkecuali digunakannya taktik perang untuk melawan demi “memenangkan” pertikaian.
Bentrok antara prajurit TNI dan Polri tidak mustahil akan tetap terjadi dalam beberapa waktu ke depan, terkait masih kuatnya ego masing-masing institusi pasca pemisahan serta besarnya tingkat emosional dari masing-masing prajurit yang disebabkan oleh berbagai faktor.
Dengan mengacu pada beberapa kasus bentrokan yang terjadi antara prajurit TNI dan Polri di beberapa wilayah, dapat diperinci penyebab munculnya konflik, di antaranya:
  1. Masih muncul pandangan dikalangan prajurit TNI bahwa kedudukan TNI dianggap lebih tinggi dibandingkan prajurit Polri;
  2. Pada saat TNI dan Polri tidak lagi berada di bawah satu komando, masing-masing anggota merasa tidak perlu saling menghormati;
  3. Kesenjangan penerimaan fasilitas saat melaksanakan tugas; 
  4. Gaya hidup anggota Polri terkesan lebih “makmur;” dibandingkan anggota TNI sehingga memunculkan kecemburuan;
  5. Rasa setia kawan yang berlebihan di antara masing-masing prajurit sehingga mereka wajib saling membela ketika ada  rekannya yang “terancam”;
  6. Besarnya akses Polri ke sumber-sumber ekonomi dibandingkan TNI;
  7. Ketidakjelasan pengaturan  pembagian wilayah kerja antara TNI sebagai kekuatan pertahanan negara dan Polri sebagai kekuatan keamanan Negara; 
  8. Sikap pimpinan seringkali tidak peka akan persoalan-persoalan prajurit di tingkat bawah;
  9. Pimpinan (institusi) seringkali melindungi anggota yang terlibat, bahkan dalam beberapa kasus enggan menjatuhkan sanksi tegas;
  10. Penyelesaian konflik tidak sampai keakar masalahnya sehingga potensial memunculkan konflik susulan.
Solusi Konflik
Agar potensi terjadinya konflik di antara prajurit di kedua institusi dapat diminimalisir tentunya perlu segera ditetapkan upaya antisipasi yang dapat dilakukan melalui cara-cara:
  • Memperbaiki tingkat kesejahteraan prajurit agar tidak terjadi kesenjangan yang sangat tinggi di antara masing-masing prajurit;
  • Latihan secara berkesinambungan, baik latihan satuan maupun atas prakarsa komandan satuan. Hal ini dimaksudkan untuk menumbuhkembangkan kekompakan di antara prajurit kedua institusi;
  • Pimpinan satuan (TNI dan Polri) di daerah melakukan pertemuan secara berkala, termasuk olahraga bersama, kegiatan keagamaan bersama atau kegiatan saling mengunjungi guna memelihara keharmonisan/silaturahmi;
  • Tindakan tegas terhadap pimpinan yang lalai dalam melaksanakan tanggung jawab pembinaan guna menimbulkan efek jera, agar tanggung jawab komando betul-betul dilaksanakan;
  • Tindakan tegas kepada anggota yang terlibat dalam bentrokan guna menghindarkan munculnya anggapan adanya upaya melindungi anggota;
  • Pembenahan sistem perundang-undangan yang mengatur lingkup tugas masing-masing institusi sehingga tidak memunculkan tarik menarik kewenangan.
Disaat militer dan polisi negara-negara lain melangkah maju dan bersatu dalam menghadapi berbagai gangguan yang dapat mengancam kedaulatan negara, justru militer dan kepolisian di Indonesia saling berseteru untuk sebuah alasan yang seringkali tidak patut dibanggakan. Oleh karena itu agar semua sumber daya yang dimiliki masing-masing institusi dapat didayagunakan demi terwujudnya profesionalisme individu maupun lembaga, sudah saatnya kedua belah pihak, baik TNI maupun Polri, terus menerus menjaga dan memelihara hubungan agar tetap harmonis.

Oleh karena itu, guna mendukung tegaknya profesionalisme antara prajurit di kedua institusi tersebut serta hilangnya akar permasalahan yang menjadi pemicu terjadinya bentrokan, perlu segera ditemukan solusi yang memadai dan sifatnya komprehensif, tidak saja pada tataran pimpinan tetapi yang lebih penting pada tataran prajurit di tingkat bawah karena umumnya bentrokan terjadi ditingkat bawah. Dengan demikian, diharapkan tidak ada lagi bentrok TNI vs Polri di tanah air yang kita cintai. Amin

Sumber :
http://bonsaibiker.com
http://elisatris.wordpress.com
http://www.indoberita.com

1 komentar:

  1. Slot machines, machines, and casino - JTM Hub
    JWT offers 진주 출장안마 a wide variety of casino games including video 동두천 출장마사지 slots, live dealer table 하남 출장안마 games, 대전광역 출장샵 live dealer games, video poker, and 전주 출장샵 live

    BalasHapus