Bencana alam di
tanah air datang silih berganti, berupa banjir, gempa bumi, tanah longsor
hingga letusan gunung berapi. Kini, bencana datang lagi yakni meletusnya gunung
Sinabung yang berada di Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Akibat bencana itu, banyak
saudara-saudara kita yang menderita dengan berbagai kekurangan untuk bertahan
hidupnya.
Data Informasi
dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dari situs tempo.com senin (25/11/13) menginformasikan, Gunung Sinabung
yang berada di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, ini terus meletupkan lava pijar
dan menyemburkan abu vulkanik total yang sudah tercatat 19 kali erupsi.
Seperti
diketahui, negeri ini dilingkupi oleh cincin api atau ring of fire yang
ditandai dengan adanya rangkaian pegunungan yang membentang dari Sumatera
hingga kebagian timur, yakni Nusa Tenggara Timur dan Maluku, sebuah jalur
rangkaian gunung api aktif di dunia. Bila dipandang dari sisi geologi,
Indonesia memang merupakan negara yang rawan akan bencana. Menurut data, ada
Sekitar 282 kabupaten di Indonesia atau setara dengan 2/3 wilayah Indonesia
masuk dalam kategori rawan bencana alam.
Secara
histografi, Indonesia merupakan wilayah langganan gempa bumi dan tsunami. Negeri
ini dikepung oleh lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia, dan lempeng Pasifik.
Sewaktu-waktu jika lempeng ini bergeser patah menimbulkan gempa bumi.
Selanjutnya jika terjadi tumbukan antar lempeng tektonik dapat menghasilkan
tsunami, sebagaimana terjadi di Aceh dan Mentawai.
Hati kecil kita
bertanya, apakah semua ini hanyalah sebuah fenomena alam semata yang dikarenakan
letak wilayah Indonesia yang rawan terjadi bencana? Tentu saja tidak. Semua itu
adalah atas kehendak Allah (Al-Jabbar).
Meskipun secara
geografis menjadi wilayah rawan bencana, jika Allah tidak berkehendak, maka
bencana alam takkan mungkin terjadi. Dia-lah yang menguasai langit dan bumi
beserta isinya. Dzat yang mengatur atau memerintah segala makhluk ciptaan-Nya
sesuai dengan kehendak dan iradah-Nya.
“Tiada suatu
bencana pun yang menimpa di bumi dan pada dirimu sendiri melainkan telah
tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya
yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS. al-Hadid : 22)
Ini merupakan
bukti kebesaran Allah SWT dan betapa kecilnya manusia. Betapa kuasanya Allah
atas segala sesuatu. Maka kita harus berusaha untuk mengambil hikmahnya.
Mengevaluasi atas apa yang telah dilakukan selama ini. Musibah adalah cobaan
bagi orang-orang yang beriman sekaligus penebus kesalahan yang pernah
dilakukan. Untuk itu, sebagai manusia yang sangat kecil dihadapan Allah SWT
harus banyak berzikir dan meningkatkan keimanan.
Dan sungguh akan
Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan
harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang
yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka
mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun (sesungguhnya kami
milik Allah dan sesunnguhnya kami sedang menuju kemabali kepada-Nya) Mereka
itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan
mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. Al-Baqarah : 155 -157)
Dengan demikian,
setiap musibah dan bencana alam bila kita mampu berfikir dan merenungkan dengan
pikiran jernih dan hati nurani yang ikhlas dan tentu ada hikmahnya dalam kehidupan
mendatang antara lain, musibah mengingatkan
manusia kepada Allah pencipta alam semesta, musibah meringankan berbuat baik
kepada sesama, musibah mendorong manusia untuk hidup berhati – hati dan waspada
dan musibah mendorong manusia untuk kreatif.
Oleh M. Purnaegi Safron (Mahasiswa Pasca Magister Administrasi Publik)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar