Oleh : Mochamad Purnaegi Safron
Dua orang anak
muda yang sudah berteman sejak kecil yaitu Bob seorang dokter muda beragama Katolik
dan Yunus seorang ahli biologi Muslim beragama Islam, sedang asyik
berbincang-bincang sore hari di depan teras rumah Yunus.
Saat itu akhir pekan di bulan Ramadhan, Yunus mengundang Bob yang walau tidak puasa, untuk berbuka bersama dirumahnya yang jaraknya tidak begitu jauh.
Bob: Tolong
beritahu saya, mengapa seorang Muslim sangat mementingkan mengenai kata-kata
“Halal” dan “Haram”; apa arti dari kata-kata tersebut?
Yunus: Apa-apa yang diperbolehkan diistilahkan sebagai Halal, dan apa-apa yang tak diperbolehkan diistilahkan sebagai Haram, dan Al-Qur’an lah yang menggambarkan perbedaan antara keduanya.
Bob: Dapatkah anda memberikan contoh?
Yunus: Ya, Islam telah melarang segala macam darah. Anda akan sependapat bahwa analisis kimia dari darah menunjukkan adanya kandungan yang tinggi dari uric acid (asam urat), suatu senyawa kimia yang bisa berbahaya bagi kesehatan manusia.
Bob: Anda benar mengenai sifat beracun dari uric acid, dalam tubuh manusia, senyawa ini dikeluarkan sebagai kotoran, dan dalam kenyataannya kita diberitahu bahwa 98% dari uric acid dalam tubuh, dikeluarkan dari dalam darah oleh ginjal, dan dibuang keluar tubuh melalui air seni.
Yunus: Sekarang saya rasa anda akan menghargai metode prosedur khusus dalam penyembelihan hewan dalam Islam.
Bob: Apa maksud
anda?
Yunus: Begini… seorang penyembelih, selagi menyebut nama dari Yang Maha Kuasa, membuat irisan memotong urat nadi leher hewan, sembari membiarkan urat-urat dan organ-organ lainnya utuh.
Bob: Oh begitu… Dan hal ini menyebabkan kematian hewan karena kehabisan darah dari tubuh, bukannya karena cedera pada organ vitalnya.
Yunus: Ya, sebab jika organ-organ, misalnya jantung, hati, atau otak dirusak, hewan tersebut dapat meninggal seketika dan darahnya akan menggumpal dalam urat-uratnya dan akhirnya mencemari daging. Hal tersebut mengakibatkan daging hewan akan tercemar oleh uric acid, sehingga menjadikannya beracun; hanya pada masa kini lah, para ahli makanan baru menyadari akan hal ini.
Bob:
Selanjutnya, selagi masih dalam topik makanan; Mengapa para Muslim melarang
pengkonsumsian daging babi, atau ham, atau makanan lainnya yang terkait dengan
babi?
Yunus: Sebenarnya, diluar dari larangan Al-Qur’an dalam pengkonsumsian babi, bacon; pada kenyataannya dalam Bible juga ada kan? Kebetulan istriku seorang mualaf, dan aku sempat melihat mengenai itu di Bible. Pada Leviticus bab 11, ayat 7 dan 8 mengenai babi. Dikatakan pada ayat 7: “Demikian juga babi hutan, karena memang berkuku belah, yaitu kukunya bersela panjang, tetapi tidak memamah biak; haram itu bagimu“. Dan lanjutannya ayat 8: “Daging binatang-binatang itu janganlah kamu makan dan bangkainya janganlah kamu sentuh; haram semuanya itu bagimu.“
Lebih lanjut lagi, apakah anda tahu kalau babi tidak dapat disembelih di leher karena mereka tidak memiliki leher; sesuai dengan anatomi alamiahnya? Muslim beranggapan kalau babi memang harus disembelih dan layak bagi konsumsi manusia, tentu Sang Pencipta akan merancang hewan ini dengan memiliki leher. Namun diluar itu semua, saya yakin anda tahu betul mengenai efek-efek berbahaya dari komsumsi babi, dalam bentuk apapun, baik itu pork chops, ham, atau bacon.
Bob: Ilmu
kedokteran mengetahui bahwa ada resiko besar atas banyak macam penyakit. Babi
dan juga anjing, diketahui sebagai inang dari banyak macam parasit dan
penyakit-penyakit berbahaya. Tidak semua parasit dan penyakit dapat hidup di
dalam tubuh hewan, kecuali babi atau anjing, itu sudah terbukti secara
kedokteran. Bahwa babi dan anjing adalah sebagai “inkubasi” penyakit dan
parasit sebelum menjangkiti manusia.
Yunus: Ya, dan diluar itu semua, sebagaimana kita membicarakan mengenai kandungan uric acid dalam darah, sangat penting untuk diperhatikan bahwa sistem biochemistry babi mengeluarkan hanya 2% dari seluruh kandungan uric acidnya, sedangkan 98% sisanya tersimpan dalam tubuhnya.
Tiba-tiba
terdengar sayup-sayup bedug Maghrib bersusul-susulan dari kejauhan. Untuk
kesekian kalinya, Yunus telah dapat melewati satu hari lagi untuk menahan hawa
nafsu menuju kemenangan selama 30 hari menuju akhir Ramadhan.
“Alhamdullilah, segala puji bagi Allah SWT”, ujar Yunus yang disambut senyuman dan rangkulan oleh Bob. “Aku tau kau selalu berhasil menahan hawa nafsumu, kau tak pernah batal di bulan puasa semanjak kita kecil, aku kenal kau sejak kecil, Nus”, tambah Bob. Dan mereka pun segera melangkah menuju ke ruang makan untuk bersantap bersama.
Sumber :
http://cintaallahswt.wordpress.com
www.REPUBLIKA.CO.ID
IslamIsLogic.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar