Oleh : Mochamd Purnaegi Safron
Pemilihan Pileg dan Pilpres 2014, mewarnai pesta demokrasi Politik Indonesia yang mendominasi media televisi dan surat kabar
yang memberitakan kondisi politik di Indonesia. Saat kampanye, banyak caleg dan
capres mengobral janji-janji kampanye yang sangat manis bagaikan gula. Berbagai
ragam dan bentuk kampanye yang disampaikan kepada rakyat sehingga menarik perhatian agar untuk memilih
calonnya. Kemenangan Pilpres 2014,
akhirnya dimenangkan Jokowi-JK. Dengan demikian, sekarang rakyat menagih
janjinya. Begitu pula dengan caleg yang
sudah duduk di dewan maka rakyat pun menanggih utang janji kampanye yang
disampaikan.
Berbicara kondisi politik di
Indonesia maka tidak akan jauh dari sebuah kekuasaan. Dewasa ini politik justru
seringkali di gunakan sebagai alat untuk mencapai kekuasaan. Namun, kursi
kekuasaan itu harus di bayar dengan pengorbanan yang besar juga baik itu
fikiran dan materil. Akhirnya rakyat yang menjadi korban dari kondisi politik
yang ada sekarang. Para birokrat bangsa ini sepertinya masih terlalu sibuk
untuk terus berebut kursi kekuasaan.
Sekarang ini keadaan politik di
Indonesia tidak seperti yang diinginkan. Banyak rakyat beranggapan bahwa
politik di Indonesia adalah sesuatu yang hanya mementingkan dan merebut
kekuasaan dengan menghalalkan segala cara. Pemerintah Indonesia pun tidak mampu
menjalankan fungsinya sebagai wakil rakyat. Hal ini ditunjukkan oleh sebagian
rakyat yang mengeluh, karena hidup mereka belum dapat disejahterakan oleh
negara. Pandangan masyarakat terhadap politik itu sendiri menjadi buruk,
dikarenakan pemerintah Indonesia yang tidak menjalankan kewajibannya sebagai
wakil rakyat dengan baik.bagi mereka
politik hanyalah sesuatu yang buruk dalam mencapai kekuasaan.
Jika hal ini terus di biarkan, maka
seperti bom yang terus di pendam. Maka suatu saat akan meletus juga. Jika
kondisi pemerintah terus seperti ini maka tidakl mustahil jika rakyat tidak
akan percaya dengan politik. Ketidakpercayaan para rakyat inilah yang sangat
berbahaya bagi kestabilan negara. Akibatnya masyarakat akan cenderung apatis
terhadap kondisi sebuah negara. Karena kestabilan negara juga di pengaruhi oleh
kestabilan politik yang ada di negara tersebut. Apabila gejolak politik di
suatu negara terus menerus bergejolak maka tidak mustahil jika terjadi
peperangan. Akibatnya masyarakat yang menjadi korban seperti negara negara di
timur tengah.
Budaya Politik Indonesia Saat Ini
Budaya politik seringkali tidak
dipandang sebagai bagian dari kehidupan politik. Ia hanyalah dipandang sebagai
kondisi-kondisi yang mewarnai corak kehidupan masyarakat tanpa memiliki
hubungan baik dengan sistem maupun dengan struktur politik.dengan pandangan itu
budaya politik tidak diperhitungkan sama sekali dalam proses-proses politik.
Budaya politik merupakan fenomena dalam masyarakat, yang memiliki pengaruh
dalam struktur dan sistem politik. Beberapa ahli mengetengahkan pandangan agar
disatutemakan dengan pembahasan tentang struktur politik (political
structure), karena hal itu berhubungan dengan fungsi konversi (conversion
function) dan kapabilitas (capabilities system).
Budaya politik yang berkembang pada
saat ini atau masa reformasi. Budaya politik yang berkembang pada era reformasi
ini adalah budaya politik yang lebih berorientasi pada kekuasaan yang berkembang
di kalangan elit politik. Budaya seperti itu telah membuat struktur politik
demokrasi tidak dapat berjalan dengan baik. Walaupun struktur dan fungsi-fungsi
sistem politik Indonesia mengalami perubahan dari era yang satu ke era
selanjutnya, namun tidak pada budaya politiknya. Reformasi pada tahun 1998
telah memberikan sumbangan bagi berkembangnya budaya poltik partisipan, namun
kuatnya budaya politik patrimonial dan otoriterianisme politik yang masih
berkembang di kalangan elit politik dan penyelenggara pemerintahan masih
senantiasa mengiringi. Walaupun rakyat mulai peduli dengan input-input
politik, akan tetapi tidak diimbangi dengan para elit politik karena mereka
masih memiliki mentalitas budaya politik sebelumnya. Sehingga budaya politik
yang berkembang cenderung merupakan budaya politik subjek-partisipan.
Sejak negara Indonesia merdeka pada
tanggal 17 Agustus 1945 sampai era reformasi saat ini dipandang dari sudut
perkembangan demokrasi sejarah Indonesia, negara kita dalam menjalankan roda
pemerintahan dengan menggunakan demokrasi dibagi dalam empat masa. Pertama,
masa Repubik Indonesia I (1945-1959) atau yang lebih dikenal dengan era
Demokrasi Liberal atau Demokrasi Parlementer. Kedua, masa Republik Indonesia II
(1959-1965) atau yang lebih dikenal dengan era Orde Lama atau Demokrasi
Terpimpin. Ketiga, masa Republik Indonesia III (1965-1998) atau yang lebih
dikenal dengan era Orde Baru atau Demokrasi Pancasila. Dan yang terakhir yang
berlaku sampai saat ini adalah masa Republik Indonesia IV (1998-sekarang) atau
yang lebih dikenal dengan era Reformasi.
Undang-undang dasar telah menjamin
bagi bekerjanya struktur politik demokratis, tetapi budaya politik yang lebih
berorientasi pada kekuasaan yang berkembang di kalangan elit politik telah
membuat stuktru politik demokrasi tersebut tidak berjalan dengan baik. Struktur
politik dan fungsi-fungsi politik mengalami perubahan, tetapi tidak pada budaya
politiknya. Akibatnya terjadi semacam paradoks.
Sumber:
http://politik.kompasiana.com
https://leogama156.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar