Oleh : Mochamad
Purnaegi Safron
Rencana
Pemerintahan baru Jokowi-JK menaikkan BBM bersubsidi, tentunya akan terjadi
inflasi pada tahun 2015. Meskipun harga minyak saat ini dunia sedang turun, pemerintahan
Jokowi-JK kekeuh/tetap naikkan BBM bersubsidi.
Sikap itu menghindari kesan keraguan masyarakat untuk naikkan BBM sehingga pemerintah memiliki
konsistensi dan prestise yang kuat. Namun demikian, rencana kenaikan BBM itu tidak begitu saja mulus, tetapi menimbulkan
pro dan kontra. Kita lihat aksi penolakan oleh mahasiswa di Makassar yang
menimbulkan bentrok dengan aparat kepolisian.
Teori
inflasi menyebutkan, besarnya
permintaan dapat dipengaruhi oleh kebijakan
moneter pemerintah. Sedangkan ketidaklancaran distribusi dan macetnya produksi
dapat dipengaruhi oleh kebijakan fiskal pemerintah, contohnya naiknya pungutan
pajak (insentif/disinsentif) serta perubahan kebijakan pembangunan
infrastruktur. Dampaknya, akan menjadi tekanan terhadap dunia usaha.
Tekanan ini bisa menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Meningkatnya biaya produksi juga dapat disebabkan oleh naiknya harga bahan baku serta kenaikan upah buruh dan/ gaji PNS. Hal ini menyebabkan, dunia usaha akan menaikkan harga barang-barangnya.
Pengertian lainnya, komponen inflasi yang cenderung menetap atau persisten
disebut inflasi inti, yaitu interaksi permintaan-penawaran, nilai tukar, harga
komoditi internasional, inflasi mitra dagang, dan ekspektasi inflasi dari
pedagang dan konsumen. Sedangkan inflasi non inti, yaitu komponen inflasi yang
cenderung tinggi volatilitasnya, hal ini dipengaruhi oleh selain faktor
fundamental, contohnya: panen dan/gagal panen, gangguan alam, naik turunnya
harga komoditas pangan, serta harga yang diatur Pemerintah seperti harga BBM
bersubsidi, tarif listrik, dan tarif angkutan. Negara memang berhak menaikkan
harga-harga ini untuk menjaga stabilitas ekonomi dalam negeri, tapi penting
juga untuk membuat kebijakan dengan melihat tingkat kemampuan rakyatnya.
Meskipun
pemerintahan Jokowi-JK akan menaikkan BBM bersubsidi, maka tidak salahnya kita
mempelajari tentang pengertian, jenis-jenis, teori,
penyebab, dampak, serta cara mengatasi inflasi. Semoga bermanfaat, bro.
A. Pengertian Inflasi
Kenaikan harga barang dapat bersifat
sementara atau berlangsung terus-menerus. Ketika kenaikan tersebut berlangsung
dalam waktu yang lama dan terjadi hampir pada seluruh barang dan jasa maka
gejala ini disebut inflasi. Jadi, kenaikan harga pada satu atau dua jenis barang
tidak dapat dikategorikan sebagai inflasi.
Dengan demikian, inflasi (inflation)
adalah kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus-menerus. Lawan
dari inflasi adalah deflasi (deflation), yaitu kondisi di mana tingkat
harga mengalami penurunan terus-menerus.
B. Jenis-jenis Inflasi
Jenis-jenis inflasi bisa kita
bedakan berdasarkan tingkat keparahannya, penyebabnya dan berdasarkan asal
terjadinya.
1.
Inflasi Berdasarkan Tingkat
Keparahannya
Inflasi rendah. Adalah jika kenaikan harga berjalan sangat lambat dengan
persentase kecil, yaitu di bawah 10% setahun.
Inflasi sedang.
Adalah jika persentase laju inflasinya sebesar 10% – 30% setahun.
Inflasi tinggi.
Inflasi dikatakan tinggi jika laju inflasinya berkisar 30% – 100% setahun.
Hiperinflasi.
Hiperinflasi dapat terjadi jika laju inflasinya di atas 100% setahun. Apabila
suatu negara mengalami hiperinflasi, maka masyarakat tidak lagi memiliki kepercayaan
terhadap uang, mereka lebih memilih menukarkannya dengan barang tertentu.
2.
Inflasi Berdasarkan Penyebabnya
Inflasi dapat pula dibedakan
berdasarkan penyebabnya, yaitu: Demand-pull inflation dan Cost-push
inflation
3.
Inflasi Berdasarkan Asalnya
Berdasarkan asalnya inflasi
dibedakan menjadi berikut ini.
Inflasi karena defisit APBN. Inflasi jenis ini terjadi sebagai akibat adanya pertumbuhan
jumlah uang yang beredar melebihi permintaan akan uang.
Imported inflation.
Imported inflation yaitu inflasi yang terjadi di suatu negara, misalnya
beberapa barang di luar negeri yang menjadi faktor produksi di suatu negara,
harganya meningkat, maka kenaikan harga tersebut mengakibatkan meningkatnya
harga barang di negara tersebut.
C. Teori-teori Inflasi
Gejala-gejala inflasi dapat
dijelaskan dengan teori-teori inflasi.
1.
Teori Kunatitas (Irving Fisher)
Menurut teori kuantitas, apabila penawaran uang bertambah
maka tingkat harga umum juga akan naik. Hubungan langsung antara harga dan
kuantitas uang seperti yang digambarkan oleh teori kuantitas uang sederhana
dapat digunakan untuk menerangkan situasi inflasi.
2.
Teori Keynes
Menurut Keynes, inflasi terjadi karena ada sebagian
masyarakat yang ingin hidup di luar batas kemampuan ekonominya. Proses inflasi
merupakan proses perebutan bagian rezeki di antara kelompok-kelompok sosial
yang menginginkan bagian lebih besar dari yang bisa disediakan oleh masyarakat
tersebut.
3.
Teori Strukturalis
Teori ini memberikan perhatian besar terhadap struktur
perekonomian di negara berkembang. Inflasi di negara berkembang terutama
disebabkan oleh faktor-faktor struktur ekonominya. Menurut teori ini, kondisi
struktur ekonomi negara berkembang yang dapat menimbulkan inflasi adalah: Ketidakelastisan
Penerimaan Ekspor dan Ketidakelastisan Penawaran atau Produksi Makanan di Dalam
Negeri
D. Penyebab Inflasi
Penyebab terjadinya inflasi secara
umum bisa dibedakan menjadi dua, yaitu:
- Demand-pull inflation
Bertambahnya permintaan terhadap barang dan jasa menyebabkan
bertambahnya permintaan faktor-faktor produksi. Meningkatnya permintaan
terhadap produksi menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi
terjadi karena kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang
bersangkutan dalam situasi full employment. Inflasi yang ditimbulkan
oleh permintaan total yang berlebihan sehingga terjadi perubahan pada tingkat
harga dikenal dengan istilah demand pull inflation.
- Cost-push inflation
Inflasi ini terjadi akibat meningkatnya biaya produksi (input)
sehingga mengakibatkan harga produk-produk (output) yang dihasilkan ikut
naik.
E. Dampak Inflasi
Inflasi mempunyai dampak terhadap
individu maupun bagi kegiatan perekonomian secara luas. Dampak yang ditimbulkan
dapat bersifat negatif atau pun positif, tergantung pada tingkat keparahannya.
- Dampak Positif
Pengaruh positif inflasi terjadi apabila tingkat inflasi
masih berada pada persentase tingkat bunga kredit yang berlaku. Misalnya, pada
saat itu tingkat bunga kredit adalah 15% per tahun dan tingkat inflasi 5%. Bagi
negara maju, inflasi seperti ini akan mendorong kegiatan ekonomi dan
pembangunan. Mengapa demikian? Hal ini terjadi, karena para pengusaha/
wirausahawan di negara maju dapat memanfaatkan kenaikan harga untuk
berinvestasi, memproduksi, serta menjual barang dan jasa.
- Dampak Negatif
Inflasi yang terlalu tinggi membawa dampak yang tidak
sedikit terhadap perekonomian, terutama tingkat kemakmuran masyarakat. Dampak
inflasi tersebut, antara lain:
Dampak Inflasi terhadap Pemerataan Pendapatan
Dampak Inflasi terhadap Output (Hasil Produksi)
Mendorong Penanaman Modal Spekulatif
Menyebabkan Tingkat Bunga Meningkat dan Akan Mengurangi
Investasi
Menimbulkan Ketidakpastian Keadaan Ekonomi di Masa Depan
Menimbulkan Masalah Neraca Pembayaran
F. Cara Mengatasi Inflasi
Berikut ini, Anda akan mengenal
beberapa kebijakan pemerintah dalam mengendalikan inflasi.
- Kebijakan Moneter
Menurut teori moneter klasik, inflasi terjadi karena
penambahan jumlah uang beredar. Dengan demikian, secara teoretis relatif mudah
untuk mengatasi inflasi, yaitu dengan mengendalikan jumlah uang beredar itu
sendiri. Kebijakan moneter adalah tindakan yang dilakukan oleh Bank Indonesia
untuk mengurangi atau menambah jumlah uang beredar. Ketika jumlah uang beredar
terlalu berlebihan sehingga inflasi meningkat tajam, Bank Indonesia akan segera
menerapkan berbagai kebijakan moneter untuk mengurangi peredaran uang.
- Kebijakan Fiskal
Bagaimana kebijakan fiskal dapat mengendalikan inflasi?
Seperti Anda ketahui, kebijakan fiskal adalah kebijakan yang berkaitan dengan
penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan fiskal dilakukan pemerintah
untuk mengurangi inflasi adalah mengurangi pengeluaran pemerintah, menaikkan
tarif pajak dan mengadakan pinjaman pemerintah.
- Kebijakan Non-Moneter dan Non- Fiskal
Selain kebijakan moneter dan kebijakan fiskal, pemerintah
melakukan kebijakan nonmoneter/ nonfiskal dengan tiga cara, yaitu menaikkan
hasil produksi, menstabilkan upah (gaji), dan pengamanan harga, serta
distribusi barang.
Kenaikan BBM pasti menimbulkan Inflasi yang sudah
jelas kita alami. Lalu, bagaimana cara kita mengatasi ini semua. Supaya pada
masa yang akan datang saat terjadi hal yang sama Anda tetap tenang menjalani
kehidupan Anda sehari-hari tanpa Anda dipusingkan dengan isu kenaikkan harga,
inflasi, dan lain sebagainya.Hal pertama yang perlu Anda lakukan adalah TAMBAH
INCOME Anda. Dari pada stres memikirkan harga bahan pokok yang kian
melambung, lebih baik Anda fokus pada bagaimana Anda dapat meningkatkan jumlah
Income Anda. Kedua, MENGATUR CASHFLOW Anda. Atur mana yang
sekiranya penting dan tidak penting/mendesak. Gunakan uang Anda dengan bijak,
jangan termakan nafsu karena Anda melihat iklan produk terbaru, lalu Anda
tergiur untuk membeli barang baru tersebut. Jangan
menjadi korban iklan.
Sumber :
http://budimartanto.wordpress.com
http://www.zonasiswa.com
http://www.zonasiswa.com
http://lintasinfo10.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar